"During my lifetime I have dedicated myself to this struggle of the African people. I have fought against white domination, and I have fought against black domination. I have cherished the ideal of a democratic and free society in which all persons live together in harmony and with equal opportunities. It is an ideal which I hope to live for and to achieve. But if needs be, it is an ideal for which I am prepared to die."......,NELSON MANDELA

Wednesday, January 27, 2016

Berakhir mitos 
bangun rumah "Green" mahal!
Bisa dicapai 2,1 juta per M2




Pertama pilihan dan pengalaman membangun di tahun 2012 (selesai) adalah dengan struktur baja telanjang. Design yang mencoba sedekat mungkin untuk memenuhi kriteria "green building" (berkaidah ramah lingkungan). Bukan untuk sekedar gaya-gayaan, melainkan tekad kami untuk benar-benar merubah gaya hidup yang menghormati bumi. 

Berhubung kawasan Jimbaran, Bali susah air maka harus punya reservoar air. Perhitungannya dalam setahun akan membeli air hanya 3 bulan, diwaktu musim kemarau. Ruamahnya panggung dan terbuka, sehingga sirkulasi angin mendorong panas keluar. Tidak menggunakan kayu yang menebang hutan. Melainkan menggunakan kayu kapal bekas dari daerah Tuban. Berhubung bisa dipastikan kapal-kapal disana menggunakan kayu jati yang ditanam.

Saat itu rekan-rekan di kontraktor memberikan penawaran disekitar angka 5,5 - 7 jt per meter persegi. Kalau bangunan kami mencapai 510 M2 diatas lahan 350 m2, lumayan juga dana yang harus disiapkan. Hampir mendekati 2,5 milyar. Dana sekian besar bukan saja akan menggerus persedian dana untuk membeli solar panel, tetapi juga tidak dimiliki saat itu. Akhirnya setelah dihitung ulang bisa dicapai asalkan dikerjakan sendiri. Kurang lebih berperan sebagai "main contractor". Cara ini bisa menyelesaikan bangunan berikut isinya untuk senilai 2,1 juta per meter persegi. Sengaja rumah ini tidak menggunakan bahan mewah. 

Dalam 8 bulan rumah bisa selesai untuk dihuni. Sekalipun seluruh pekerjaan interior seperti perlengkapan lemari dapur belum terpasang. Rumah tangga bisa hidup ke sehari-hariannya dengan sederhana dan nyaman. Setelah selesai dan 6 bulan kemudian solar panel dengan kapasitas  6000 watt terpasang. Konsep rumah akan selesai total kalau vertikal food garden selesai. Saat ini sedang menunggu nozel dripping irrigation. Sambil menunggu bisa tanam markisa, pandan, sereh, lombok, mangga, manggis, sirsak di sisa lahan.

Terlalu lama tehknik membangun berkutat pada material bangunan konvensional. Saat ini sudah banyak material yang "green" dan lebih murah di ongkos. Memang banyak sekali perkembangan di Green Building, dengan penyeimpan energy Hydrogen. Prinsipnya adalah bagaimana bisa beradapatasi bukan saja ke Green tetapi juga dengan dana yang kita miliki untuk membangun.


AWR
Jimbaran, January 2016







Thursday, December 3, 2015

HUTAN BAKAU INDONESIA, PESAN BALI UNTUK PARIS!

_AAA3369.Papua
PERANNYA STRATEGIS MENYIMPAN GAS KARBON

Indonesia memiliki garis pantai 99.000 km terpanjang nomor 2 di dunia setelah Kanada. Dalam urusan geografis dan konteks pemanasan global, terutama melawan naiknya tinggi air laut, harus diakui, hutan bakau memiliki peran “ecosystem”  yang luar biasa.

_AAA2204.Coastal people

Foto: Poriaman Sitanggang/zoomx.co

Luas hutan bakau Indonesia saat ini  2,9 juta hektar. Ini mewakili 23 % ekosistem bakau dunia. Selain memiliki peran sebagai habitat satwa liar (kepiting, udang, ikan, burung, monyet dsb),  bakau juga menjaga erosi dan abrasi. Hutan bakau juga menyimpan gas karbon 5 kali lipat lebih besar per hektar dibandingkan dengan hutan tropis. Sayangnya, data menyebutkan, dari sekian luas hutan bakau, hampir 58% dalam kondisi yang rusak (Tempo, 5 November 2012).
_AAA2781.Papua
Hutan bakau Indonesia menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon (PgC), papar Murdiyarso dan kawan-kawan dari penelitian LIPI 2015. Jumlah ini mencakup sepertiga stok karbon pesisir global (Pendleton et al., 2012). Kalau saat ini harga karbon di Eropa  8 Euro per metrik ton, bisa dibayangkan, uang segera diperoleh Indonesia.  Kami berharap delegasi Indonesia berani menyodorkan “tagihan” sebesar 25,120 milyar Euro atau Rp. 301.440.000.000.000. Kaya raya Indonesiaku!
_AAA3923.ok
Dunia harus tahu mengenai hutan bakau kita. Sejak 30 tahun terakhir Indonesia kehilangan 40 % hutan bakau. Laju kehilangan bakau 6 % setiap tahun. Sebagian besar disebabkan aktivitas tambak udang untuk memberi makan enak bagi dunia. Memang dari tambak udang, Indonesia  menghasilkan $ 1,5 milyar per tahun atau 40% dari penerimaan sektor perikanan. Tapi, hal ini tidak sebanding dengan peran ecosystem Bakau yang hilang.  Tidak bisa dihitung ke nilai dollar ataupun rupiah.Untitled-21
Para ahli bakau mengatakan pengelolaan hutan bakau oleh departmen yang berbeda, memiliki ketentuan peraturan yang berbeda pula  berdampak sulit bagi kelangsungan bakau. Kami berpendapat, diperlukan satu departemen khusus mengurus bakau Indonesia.
Alone yet strong
Akibat dari hilangnya hutan bakau seluas 0,05 juta hektar pertahun, kita melepaskan gas karbon ke udara sebesar 190 juta metric ton. Ah, andai kita sanggup mencegah penggundulan bakau Indonesia seperempat dari 26 % (saat ini Indonesia menargetkan 29%), bumi kita akan  sangat bergembira. “Program bakau ini bisa membantu dunia mencapai reduksi emisi pada  2020,”(Murdiyarso et al., 2015). Apa Paris tahu itu?
IMG_0995a
Kehidupan hutan bakau dapat dengan segera menjadi salah satu pertimbangan dunia. Dan Indonesia bisa bangga mengatakan, kami memiliki “Climate Management” setelah konferensi berakhir di Paris #COP21 nanti.
AWRBali, Nov. 27 2015

Thursday, November 26, 2015

BERIKUT ADALAH SERI TULISAN YANG MENGAWAL AKAN ADANYA LANGKAH PERUBAHAN MENDASAR PADA KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI, BAIK DI PRODUKTIFITAS, EKONOMI, POLITIK, TEKHNOLOGY, PANGAN, AIR BERSIH, ENERGY, PENDIDIKAN DAN BERMARTABAT KE ARAH ABAD KE 22. HAL INI AKAN MULAI SEJAK DITANDA TANGANI PADA AWAL BULAN DECEMBER MENDATANG, “PERJANJIAN MENANGGULANGI  PERUBAHAN IKLIM GLOBAL” DI PARIS.

MAJALAH ZOOM INGIN DARI DEKAT MENCURAHKAN PERHATIANNYA BAGAIMANA PEMERINTAH INDONESIA MEMPERJUANGKAN PENURUNAN PEMANASAN GLOBAL SAMBIL MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYATNYA.


Redaksi

MENGAPA ZOOMx  MEMBERI PERHATIAN
KE PERSIAPAN KONFERENSI
PERUBAHAN IKLIM BUMI
DECEMBER 2015

Tulisan pertama

Keputusan editorial akan mempublikasi tulisan tentang Perubahan Iklim Bumi, dasar utama karena hal ini akan menjadi perubahan Sejarah pada manusia.
Dimana seluruh aparatus system ekonomi terpaksa menghentikan pembangunan yang merusak bumi, atau tidak memperbaiki bumi lagi. Berhubung sejak tercatatnya GDP (Gross Domestic Product) seluruh Negara sejak 150 tahun, peningkatannya sejajar dengan kenaikan emissi gaz. Kemakmuran sebuah Negara juga merusak bumi.

Kemudian, dimana letak posisi  dan bentuk “tanah air” Indonesia sebagai kepulauan terbanyak di dunia. Memiliki garis pantai yang paling panjang. Para ilmuwan juga menjelaskan bahwa laut sangat berpengaruh sebagai “regulator” iklim dan emisi gaz di atmosphere. Belum lagi kawasan pesisir paling banyak menjadi mesin-mesin system perekonomian kita. Posisi geographi dan luasan kawasan laut kita sangat diperhitungkan untuk pemulihan suhu bumi. Berhubung Indonesia masuk peringkat ke 6 negara yang mengeluarkan gaz emisi karbon. Pada posisi 3 bulan sebelum konferensi dimulai 3 negara besar belum memastikan apakah akan ikut menandatangani perjanjian di COP21 tersebut; India, Brasil dan Indonesia.

Media juga terbiasa memberitakan apa yang telah terjadi daripada apa yang akan kita alami kata Alain Rusbridger, editor The Guardian yang membuat kampanye “Keep it in the ground”, meminta korporasi dan para trust fund melepaskan saham diperusahaan minyak, agar minyak bumi tetap didalam tanah. Sebelum Rusbridger meletakan jabatan sebagai editor yang dipegang selama 20 tahun, rupanya ini menjadi pilihan kesadaran untuk menggugah mereka yang belum terbangun dari hidup “kebiasaan” membuat suhu bumi makin meningkat.

Dari satu sisi, kita sebagai media gagal menggiring agenda panas bumi ini menjadikan pekerjaan rumah seluruh rakyat Indonesa, berserta seluruh aktor pemerintah, sosial, politik, swasta ataupun para LSM. Pemahaman persiapan penandatangan perjanjian di Paris belum pernah muncul di media secara rinci dan menyuguhkan agar menjadi debat publik. Mengapa transparansi agenda yang begitu penting tidak sampai ke masyarkat? Sekaligus pembelajaran dengan pertanyaan mengapa orang Indonesia masih asing dengan solusi-solusi perubahan iklim global mendatang?

Sisi lain juga, pihak kami dapat menyelami betapa kompleks perisapan konferensi ke konferensi hingga ke Paris mendatang. Rumit untuk mengurai dan sekaligus memberikan sedikit cahaya tentang apa saja dampak yang akan kita alami bila seluruh rakyat Indonesia secara nasional harus memberlakukan “Carbon Management” agar dapat mengurangi[AA1]  suhu panas bumi hingga 2 derajat untuk kurun waktu 2020-2025 mendatang?

Apa saja isi perjanjian yang akan ditanda tangani di Paris Desember 2015?

Beda dengan Protokol Kyoto yang mengeluarkan perjanjian setebal 350 halaman, sedang draft perjanjian yang telah dipegang oleh 196 negara hanya setebal 85 halaman. Perjanjian kali ini meminta pada masing-masing Negara, kontribusi apa yang bisa di bawa untuk mengurangi pemanasan global. Sekaligus membuat proposal proyeksi ekonomi baru bebrbasiskan penurunan suhu.

 “Universal Agreement” (perjanjian universal), secara hukum memang saling mengikat. Tetapi tidak memiliki sangsi. Secara berkala, target masing-masing Negara akan diukur secara ilmiah. Hasil ukur tersebut akan menentukan “rating” (peringkat) nilai karbon sebuah Negara. Hal ini akan berdampak pada pengukuran peringkat ekonomi yang seperti dilakukan oleh Standard & Poor. Bukan saja terhadap GDP sebuah Negara tetapi juga GDP dan karbon yang telah ditangani sebuah Negara.

Intinya bila Indonesia ikut menandatangani di konferensi COP21 di Paris bulan Desember mendatang, maka perubahan mendasar pada bagaimana energy, produktivitas industry, air, transportasi, pendidikan dan banyak hal. Hal tersebut hanya bisa dicapai dengan dana yang akan disediakn untuk perubahan infrastruktur yang senilia $ 100 milyar per tahun dan adanya tekhnologi. Seperti konservasi energy (baterey) misalnya.


AWR
03 September 2015

 [AA1]Membatasi kenaikan 

Saturday, November 14, 2015




DUKACITA PARIS


SOLIDARITE AVEC VOUS, FRANCE!


Bukan nilai kehidupan yang menjadi target. Bukan Langkah politik sebuah negara yang dituju. Tetapi Sebuah resolusi kelanjutan manusia beroganisasi berkelanjutan dengan perjalanan sejarah hingga hari ini! Resolusi kehidupan yang yang kita jalani tidak akan bisa ditumpas oleh siapapun!. Tidak juga sebuah ideologi, agama sekalipun yang akan coba menghapuskan kehidupan yang dibangun bersama, dengan cita-cita dan persiapan generasi mendatang. Dirubah, diperbaiki, tetapi bukan dengan penumpasan!


Bali, November 2015

Thursday, October 22, 2015

ROCKING POSITION 

PREPARATION MEETING IN BONN FOR PARIS CONFERRENCE


20 October 2015

156 Countries signing some majors text which has some crucial issues. Thanks to the civil society group who wave the flag on producing more "balance text" for Paris negotiation. 
Specially the countries represented by G 77 and China (134 countries), where Indonesia is represented. Listening from various negotiators members which presided by South African some themes on negotiation such Lost and Damage cost is still not accepted by the rich countries.

Listening their Press Conference in Bonn meeting starting from 19th October 2015 the attitude and strategies layout by the developed countries basically don't want to pay Lost and Damage. http://unfccc6.meta-fusion.com/bonn_oct_2015/events

The other hand if the country like Indonesia has submitted unrealistic INDC on last September 2015:http://climateactiontracker.org/news/229/Indonesias-climate-plans-lack-transparency-and-credibility.html

The Jakarta Post called on their article .."half hearted promised"!!http://m.thejakartapost.com/news/2015/10/09/indonesia-s-climate-plan-signals-a-half-hearted-promise.html
Perhaps most urgent to notify is lacking to bring the climate change issues on national debate.

Recently government is about to go head by making electrical power by coal based.
Even with President Jokowi visited in Saudi Arabia recently having joint venture deal on fossil fuel.

Is rocking position in very crucial moment. National media bombarded the attention on forest fire in tow big island, Sumatra and Kalimantan and disrupt neighbour countries until souther Thailand.

ASWR

Friday, October 9, 2015



CLIMATE CHANGE: FOOD SELF-SUFFICIENT 

APPROACH TO ENERGISING THE INDONESIAN COMBATING RASING CO2


This Food Forest Garden project in Jakarta will be sensible enough to bring hope on combating the climate change. Food is long historical scariness for Indonesian population. Not very much for younger generation but it is still present for the vas majority of rural population. After the falling of Soekarno the country set up on agriculture strategy on self-sufficient rice production. But after the falling of Soeharto regime Indonesia is back on importing rice. Rice still to be consider of politic barometer stability. But indonesian agriculture have more than rice production.

FOREST RIGHT IN THE MIDLLE OF JAKARTA



Not just the architecture narration what is important but the message the whole on Transition Economy model what is matter.




WISH WE ALL TO BE THERE





So many home works has to be done. Energising family, friends, communities and government officials to look at that we are entering on transition period. Cutting reducing again the fuel price in the country it does not mean the efforts of combating Co2 it will be cheaper.
 

©  THE ISLAND MAN