HUTAN BAKAU INDONESIA, PESAN BALI UNTUK PARIS!
PERANNYA STRATEGIS MENYIMPAN GAS KARBON
Indonesia memiliki garis pantai 99.000 km terpanjang nomor 2 di dunia setelah Kanada. Dalam urusan geografis dan konteks pemanasan global, terutama melawan naiknya tinggi air laut, harus diakui, hutan bakau memiliki peran “ecosystem” yang luar biasa.
Foto: Poriaman Sitanggang/zoomx.co
Luas hutan bakau Indonesia saat ini 2,9 juta hektar. Ini mewakili 23 % ekosistem bakau dunia. Selain memiliki peran sebagai habitat satwa liar (kepiting, udang, ikan, burung, monyet dsb), bakau juga menjaga erosi dan abrasi. Hutan bakau juga menyimpan gas karbon 5 kali lipat lebih besar per hektar dibandingkan dengan hutan tropis. Sayangnya, data menyebutkan, dari sekian luas hutan bakau, hampir 58% dalam kondisi yang rusak (Tempo, 5 November 2012).
Hutan bakau Indonesia menyimpan 3,14 miliar metrik ton karbon (PgC), papar Murdiyarso dan kawan-kawan dari penelitian LIPI 2015. Jumlah ini mencakup sepertiga stok karbon pesisir global (Pendleton et al., 2012). Kalau saat ini harga karbon di Eropa 8 Euro per metrik ton, bisa dibayangkan, uang segera diperoleh Indonesia. Kami berharap delegasi Indonesia berani menyodorkan “tagihan” sebesar 25,120 milyar Euro atau Rp. 301.440.000.000.000. Kaya raya Indonesiaku!
Dunia harus tahu mengenai hutan bakau kita. Sejak 30 tahun terakhir Indonesia kehilangan 40 % hutan bakau. Laju kehilangan bakau 6 % setiap tahun. Sebagian besar disebabkan aktivitas tambak udang untuk memberi makan enak bagi dunia. Memang dari tambak udang, Indonesia menghasilkan $ 1,5 milyar per tahun atau 40% dari penerimaan sektor perikanan. Tapi, hal ini tidak sebanding dengan peran ecosystem Bakau yang hilang. Tidak bisa dihitung ke nilai dollar ataupun rupiah.
Para ahli bakau mengatakan pengelolaan hutan bakau oleh departmen yang berbeda, memiliki ketentuan peraturan yang berbeda pula berdampak sulit bagi kelangsungan bakau. Kami berpendapat, diperlukan satu departemen khusus mengurus bakau Indonesia.
Akibat dari hilangnya hutan bakau seluas 0,05 juta hektar pertahun, kita melepaskan gas karbon ke udara sebesar 190 juta metric ton. Ah, andai kita sanggup mencegah penggundulan bakau Indonesia seperempat dari 26 % (saat ini Indonesia menargetkan 29%), bumi kita akan sangat bergembira. “Program bakau ini bisa membantu dunia mencapai reduksi emisi pada 2020,”(Murdiyarso et al., 2015). Apa Paris tahu itu?
Kehidupan hutan bakau dapat dengan segera menjadi salah satu pertimbangan dunia. Dan Indonesia bisa bangga mengatakan, kami memiliki “Climate Management” setelah konferensi berakhir di Paris #COP21 nanti.
AWRBali, Nov. 27 2015