"During my lifetime I have dedicated myself to this struggle of the African people. I have fought against white domination, and I have fought against black domination. I have cherished the ideal of a democratic and free society in which all persons live together in harmony and with equal opportunities. It is an ideal which I hope to live for and to achieve. But if needs be, it is an ideal for which I am prepared to die."......,NELSON MANDELA

Thursday, November 26, 2015

BERIKUT ADALAH SERI TULISAN YANG MENGAWAL AKAN ADANYA LANGKAH PERUBAHAN MENDASAR PADA KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI, BAIK DI PRODUKTIFITAS, EKONOMI, POLITIK, TEKHNOLOGY, PANGAN, AIR BERSIH, ENERGY, PENDIDIKAN DAN BERMARTABAT KE ARAH ABAD KE 22. HAL INI AKAN MULAI SEJAK DITANDA TANGANI PADA AWAL BULAN DECEMBER MENDATANG, “PERJANJIAN MENANGGULANGI  PERUBAHAN IKLIM GLOBAL” DI PARIS.

MAJALAH ZOOM INGIN DARI DEKAT MENCURAHKAN PERHATIANNYA BAGAIMANA PEMERINTAH INDONESIA MEMPERJUANGKAN PENURUNAN PEMANASAN GLOBAL SAMBIL MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYATNYA.


Redaksi

MENGAPA ZOOMx  MEMBERI PERHATIAN
KE PERSIAPAN KONFERENSI
PERUBAHAN IKLIM BUMI
DECEMBER 2015

Tulisan pertama

Keputusan editorial akan mempublikasi tulisan tentang Perubahan Iklim Bumi, dasar utama karena hal ini akan menjadi perubahan Sejarah pada manusia.
Dimana seluruh aparatus system ekonomi terpaksa menghentikan pembangunan yang merusak bumi, atau tidak memperbaiki bumi lagi. Berhubung sejak tercatatnya GDP (Gross Domestic Product) seluruh Negara sejak 150 tahun, peningkatannya sejajar dengan kenaikan emissi gaz. Kemakmuran sebuah Negara juga merusak bumi.

Kemudian, dimana letak posisi  dan bentuk “tanah air” Indonesia sebagai kepulauan terbanyak di dunia. Memiliki garis pantai yang paling panjang. Para ilmuwan juga menjelaskan bahwa laut sangat berpengaruh sebagai “regulator” iklim dan emisi gaz di atmosphere. Belum lagi kawasan pesisir paling banyak menjadi mesin-mesin system perekonomian kita. Posisi geographi dan luasan kawasan laut kita sangat diperhitungkan untuk pemulihan suhu bumi. Berhubung Indonesia masuk peringkat ke 6 negara yang mengeluarkan gaz emisi karbon. Pada posisi 3 bulan sebelum konferensi dimulai 3 negara besar belum memastikan apakah akan ikut menandatangani perjanjian di COP21 tersebut; India, Brasil dan Indonesia.

Media juga terbiasa memberitakan apa yang telah terjadi daripada apa yang akan kita alami kata Alain Rusbridger, editor The Guardian yang membuat kampanye “Keep it in the ground”, meminta korporasi dan para trust fund melepaskan saham diperusahaan minyak, agar minyak bumi tetap didalam tanah. Sebelum Rusbridger meletakan jabatan sebagai editor yang dipegang selama 20 tahun, rupanya ini menjadi pilihan kesadaran untuk menggugah mereka yang belum terbangun dari hidup “kebiasaan” membuat suhu bumi makin meningkat.

Dari satu sisi, kita sebagai media gagal menggiring agenda panas bumi ini menjadikan pekerjaan rumah seluruh rakyat Indonesa, berserta seluruh aktor pemerintah, sosial, politik, swasta ataupun para LSM. Pemahaman persiapan penandatangan perjanjian di Paris belum pernah muncul di media secara rinci dan menyuguhkan agar menjadi debat publik. Mengapa transparansi agenda yang begitu penting tidak sampai ke masyarkat? Sekaligus pembelajaran dengan pertanyaan mengapa orang Indonesia masih asing dengan solusi-solusi perubahan iklim global mendatang?

Sisi lain juga, pihak kami dapat menyelami betapa kompleks perisapan konferensi ke konferensi hingga ke Paris mendatang. Rumit untuk mengurai dan sekaligus memberikan sedikit cahaya tentang apa saja dampak yang akan kita alami bila seluruh rakyat Indonesia secara nasional harus memberlakukan “Carbon Management” agar dapat mengurangi[AA1]  suhu panas bumi hingga 2 derajat untuk kurun waktu 2020-2025 mendatang?

Apa saja isi perjanjian yang akan ditanda tangani di Paris Desember 2015?

Beda dengan Protokol Kyoto yang mengeluarkan perjanjian setebal 350 halaman, sedang draft perjanjian yang telah dipegang oleh 196 negara hanya setebal 85 halaman. Perjanjian kali ini meminta pada masing-masing Negara, kontribusi apa yang bisa di bawa untuk mengurangi pemanasan global. Sekaligus membuat proposal proyeksi ekonomi baru bebrbasiskan penurunan suhu.

 “Universal Agreement” (perjanjian universal), secara hukum memang saling mengikat. Tetapi tidak memiliki sangsi. Secara berkala, target masing-masing Negara akan diukur secara ilmiah. Hasil ukur tersebut akan menentukan “rating” (peringkat) nilai karbon sebuah Negara. Hal ini akan berdampak pada pengukuran peringkat ekonomi yang seperti dilakukan oleh Standard & Poor. Bukan saja terhadap GDP sebuah Negara tetapi juga GDP dan karbon yang telah ditangani sebuah Negara.

Intinya bila Indonesia ikut menandatangani di konferensi COP21 di Paris bulan Desember mendatang, maka perubahan mendasar pada bagaimana energy, produktivitas industry, air, transportasi, pendidikan dan banyak hal. Hal tersebut hanya bisa dicapai dengan dana yang akan disediakn untuk perubahan infrastruktur yang senilia $ 100 milyar per tahun dan adanya tekhnologi. Seperti konservasi energy (baterey) misalnya.


AWR
03 September 2015

 [AA1]Membatasi kenaikan 

Saturday, November 14, 2015




DUKACITA PARIS


SOLIDARITE AVEC VOUS, FRANCE!


Bukan nilai kehidupan yang menjadi target. Bukan Langkah politik sebuah negara yang dituju. Tetapi Sebuah resolusi kelanjutan manusia beroganisasi berkelanjutan dengan perjalanan sejarah hingga hari ini! Resolusi kehidupan yang yang kita jalani tidak akan bisa ditumpas oleh siapapun!. Tidak juga sebuah ideologi, agama sekalipun yang akan coba menghapuskan kehidupan yang dibangun bersama, dengan cita-cita dan persiapan generasi mendatang. Dirubah, diperbaiki, tetapi bukan dengan penumpasan!


Bali, November 2015

 

©  THE ISLAND MAN